Kamis, 07 Januari 2021

Konversi Bahan Makanan

WARNING: your browser doesnt support canvas.
cup

Lanjut tentang alat ukur bahan makanan yang sebetulnya adalah alat konversi ukuran berat atau volume makanan ke dalam bentuk lain yang lebih mudah digunakan. Perlu nggak sih mengukur berat makanan agar betul betul sesuai dengan resep yang ada? apakah kalau ada sedikit perbedaan resepnya jadi gagal? sampai berapa banyak akurasi yang dibutuhkan ketika mencoba sebuah resep?Apakah setelah kita ikuti sesuai dengan ukurannya, resep yang dicoba akan berhasil? 

Gelas ukur yang memudahkan pengukuran

Ok, kita akui pada setiap bidang, namanya akurasi dan pengukuran itu diperlukan.. seluruh hidup kita nggak lepas dari pengukuran, seperti ukuran baju, ukuran lemari, ukuran kertas, hampir semuanya. Dari semua itu ada yang memang membutuhkan akurasi yang tinggi seperti ketika membuat obat, takaran makanan untuk orang sakit, atau dalam percobaan fisika dan kimia. Selain untuk resep, ukuran berat dan volume sering dipakai untuk orang yang sedang diet atau mengalami sakit tertentu sehingga konsumsi makanan dan minuman harus diawasi. 

Sedikit berbagi  pengalaman, dalam resep juga ada beberapa makanan yang agak santai soal ukuran, seperti pisang goreng tepung, tuna goreng tepung, tempe goreng tepung, keciput, kelepon, dadar gulung, cilok,brownies, dll. Jadi kalau kurang tinggal tambahkan saja sampai adonan bisa dibentuk. 

 

Brownies tinggal aduk cemplung

Ada juga yang perlu melewati beberapa proses yang nggak bisa diulang lagi seperti: bolu (kalau adonan sudah dicampur terigu, agak sulit mencampur telur), roti(kalau sudah diuleni, sulit menambahkan gula atau ragi) dan yang agak sulit kue sus (kalau sudah dicampur telur kocok, sulit menambahkan tepung lagi). Walaupun sebenarnya masih ada cara untuk menyelamatkan kue atau masakan yang salah takar, tapi jelas akan lebih sulit dan ribet, apalagi utnuk produksi besar. Jadi beberapa proses ini harus diperhatikan betul betul apalagi kalau proses itu tidak bisa diulang kembali. Pengalaman akan memberikan pelajaran seperti apa adonan yang betul dan akan berhasil. jadi memang nggak usah terlalu kaku dengan ukuran pada resep karena kadang sudah mengikuti takaran,  masih bisa gagal. 

 

Cake labu, ada beberapa versi kalau perbandingan bahannya berbeda


Nah kenapa ini dapat terjadi? kalau kita tahu setiap produk memiliki spesifikasi tertentu lagi yang kadang berbeda dengan produk lain. Ini akan berpengaruh pada perbandingan volume dan massa yang diperoleh. Istilah fisikanya massa jenis. Contohnya tepung terigu, ada beberapa jenis tepung terigu dan berbagai macam merk. Perbandingan massa dan volume terigu rendah gluten dan tinggi gluten bisa saja tidak sama. Merk terigu juga bisa saja membuat massa dan volumenya tidak sama sehingga jika spesifikasi tidak sama, hasilnya tentu tidak sama juga. Saya pernah membeli terigu curah dan terigu kemasan dan ternyata untuk membuat 1 buah resep, adonan pada terigu curah lebih encer dari terigu kemasan sehingga terpaksa ditambahkan lagi dan jadinya nggak sesuai resep, tapi berhasil.

Atau kadang beda hasil juga didapat dari cara mengukur yang kurang tepat. Kalau kita menggunakan ukuran cup dan gelas ukur, terigu kadang bisa diukur dalam keadaan biasa (ditepuk tepuk gelasnya dan diratakan tanpa ditekan) atau dipadatkan terlebih dulu. Hasilnya tentu akan berbeda. Hal ini tentu aman jika kita menggunakan timbangan saja. 

Jadi selain mengikuti 'sesuai kemampuan' dalam takaran resep, kita juga perlu mengetahui adonan seperti apa yang sudah tepat dan akan berhasil. Namun adanya konversi lebih memudahkan kita dalam melakukan pengukuran. 

Konversi juga dapat digunakan untuk resep yang hanya menggunakan takaran cup dan sendok saja, walaupun ada asumsi lagi bahan yang digunakan memiliki spesifikasi yang relatif sama. Silahkan coba conversion meter yang ada di atas. (Dibuat oleh anak yang sedang mempelajari Java Script)